Selasa, 13 Mei 2014

VERTICAL FARMING

VERTICAL FARMING
Lahan pertanian identik dengan sawah dan perkebunan yang luas, namun di masa depan nampaknya hal ini akan berubah. Karena area akan semakin sempit untuk hunian. Menurut Tiara (2013), Vertical Farming sendiri adalah sebuah cara untuk mengolah tanaman dan hewan didalam rumah kaca pencakar langit atau pada bidang vertical. Konsep mengenai Vertical Farming telah ada sejak jaman Babylonia (the Hanging Gardens of Babylonia). Sedangkan Menurut Anonim (2014), Vertical Farming adalah membudidayakan tanaman atau hewan didalam sebuah gedung pencakar langit atau bidang-bidang vertikal. Vertical farming pada bangunan pencakar langit multi-fungsi merupakan sebuah konsep yang dibuat oleh Ken Yeang. Menurut Ken Yeang, tumbuhan harus dirawat dan dikembangkan di ruang terbuka, bangunan pencakar langit multifungsi untuk mengatur iklim dan konsumsi tanaman yang ada.
Menurut FAO dan Nasa, pada tahun 2050 sekitar 80% dari populasi di bumi akan tinggal di pusat kota. Perkiraan menurut pertambahan demografi saat ini, populasi manusia akan meningkat sekitar 3 milliar orang . Perkiraan 109 hektar tanah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan makanan untuk semuanya, jika sistem bertanam tradisional tetap dilanjutkan seperti yang mereka lakukan saat ini. Saat ini, diseluruh belahan dunia, lebih dari 80% tanah yang cocok untuk ditanam telah digunakan, sedangkan 15% sisanya terbuang sia-sia karena kurang baiknya manajemen penggunaan lahan.
Gambar 2.1 Grafik populasi penduduk

Sumber : UN Departmen for Economoic and Social Affairs

  •  Keuntungan dari konsep Vertikal Farming (Makmur, 2014) yaitu:
a)    Dapat memproduksi jenis tanaman satu tahun penuh, dengan 1 hektar lahan dalam ruangan sama dengan 4-6 hektar lahan pertanian tradisional.
b)   Tidak ada kegagalan panen karena faktor iklim, dan hama.
c)    Semua tanaman Vertical Farming merupakan tanaman organik karena tidak menggunakan herbisida, pestisida, atau fertilizers.
d)   Vertical Farming mengubah air yang telah tercemar menjadi air yang dapat diminum dengan cara mengumpulkan air hasil penguapan.
e)    Aktifitas Vertical Farming menyebabkan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, karena tidak ada penggunaan traktor, mesin pembajak dan pengiriman
f)    Vertical Farming menggunakan pupuk organik yang berasal dari mengubah bagian-bagian tumbuhan dan hewan yang tidak dapat dimakan.

  • Kekurangan dari Vertical Farming (Sari, 2013) yaitu:


a)      Masalah penyerbukan, karena Vertical Farming akan menjadi tempat yang bebas serangga, maka proses penyerbukan harus dilakukan dengan manual oleh manusia, dimana akan menyebabkan biaya produksi lebih besar.
b)      Biaya yang dibebankan kepada konsumen saat membeli produk hasil dari Vertical Farming sangat besar karena menanggung beban produksi yang tidak sedikit.

SUMBER REFERENSI:
Anonim, 2014. Perencanaan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Dengan Teknik Vertical Farming.
Makmur,2014. Pertanian Masa Depan.
Sari, 2013. Vertical Farming Konsep Pertanian Masa Depan. ITB: Bandung.
Tiara, 2013. Vertical Farming. http://astridtiarapolines.blogspot.com/2013/11/vertical-farming.html. Diakses Hari Selasa, 13 Mei 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar