Minggu, 08 Juni 2014

VERTICAL FARMING (PERTANIAN VERTICAL)

TUGAS I “SISTEM  PERTANIAN TERPADU”
DOSEN PENGAMPUH: IEKE WULAN AYU, SP., M.Si
DISUSUN OLEH: EVI SUSANA (11.04.13.0061/AGRIBISNIS)

VERTICAL FARMING
Lahan pertanian identik dengan sawah dan perkebunan yang luas, namun di masa depan nampaknya hal ini akan berubah. Karena area akan semakin sempit untuk hunian. Menurut Tiara (2013), Vertical Farming sendiri adalah sebuah cara untuk mengolah tanaman dan hewan didalam rumah kaca pencakar langit atau pada bidang vertical. Konsep mengenai Vertical Farming telah ada sejak jaman Babylonia (the Hanging Gardens of Babylonia). Sedangkan Menurut Anonim (2014), Vertical Farming adalah membudidayakan tanaman atau hewan didalam sebuah gedung pencakar langit atau bidang-bidang vertikal. Vertical farming pada bangunan pencakar langit multi-fungsi merupakan sebuah konsep yang dibuat oleh Ken Yeang.
Vertical farming atau pertanian vertikal sama dengan Sistem pertanian vertikultur. Sistem Pertanian Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sementara itu, vertikultur organik adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media tanam, pupuk, dan pestisida yang berasal dari bahan organik non kimiawi. Sistem vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang berminat dalam budidaya tanaman namun memiliki ruang atau lahan yang sangat terbatas. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal. Namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Dengan struktur vertikal, akan memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya (Soegiarto, Joesoef, 2013). Adapun Tujuan vertikultur yaitu:
1)      Memanfaatkan lahan sempit yang tidak produktif menjadi lahan sempit yang produktif dengan aplikasi vertikultur.
2)      Menghemat pengeluaran dengan cara memiliki tanaman sayuran sendiri.
3)      Menambah nilai estetika lahan pekarangan.
4)      Dapat sebagaio variasi melengkapi sebagai tiang rumah utama
Menurut FAO dan Nasa, pada tahun 2050 sekitar 80% dari populasi di bumi akan tinggal di pusat kota. Perkiraan menurut pertambahan demografi saat ini, populasi manusia akan meningkat sekitar 3 milliar orang . Perkiraan 109 hektar tanah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan makanan untuk semuanya, jika sistem bertanam tradisional tetap dilanjutkan seperti yang mereka lakukan saat ini. Saat ini, diseluruh belahan dunia, lebih dari 80% tanah yang cocok untuk ditanam telah digunakan, sedangkan 15% sisanya terbuang sia-sia karena kurang baiknya manajemen penggunaan lahan.
Gambar 2.1 Grafik populasi penduduk

Sumber : UN Departmen for Economoic and Social Affairs

Ø  Keuntungan dari konsep Vertikal Farming (Makmur, 2014) yaitu:
a)    Dapat memproduksi jenis tanaman satu tahun penuh, dengan 1 hektar lahan dalam ruangan sama dengan 4-6 hektar lahan pertanian tradisional.
b)   Tidak ada kegagalan panen karena faktor iklim, dan hama.
c)    Semua tanaman Vertical Farming merupakan tanaman organik karena tidak menggunakan herbisida, pestisida, atau fertilizers.
d)   Vertical Farming mengubah air yang telah tercemar menjadi air yang dapat diminum dengan cara mengumpulkan air hasil penguapan.
e)    Aktifitas Vertical Farming menyebabkan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, karena tidak ada penggunaan traktor, mesin pembajak dan pengiriman
f)    Vertical Farming menggunakan pupuk organik yang berasal dari mengubah bagian-bagian tumbuhan dan hewan yang tidak dapat dimakan.

Ø  Kekurangan dari Vertical Farming (Sari, 2013) yaitu:

a)      Masalah penyerbukan, karena Vertical Farming akan menjadi tempat yang bebas serangga, maka proses penyerbukan harus dilakukan dengan manual oleh manusia, dimana akan menyebabkan biaya produksi lebih besar.
b)      Biaya yang dibebankan kepada konsumen saat membeli produk hasil dari Vertical Farming sangat besar karena menanggung beban produksi yang tidak sedikit.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Perencanaan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Dengan Teknik Vertical Farming.
Makmur,2014. Pertanian Masa Depan.
Sari, 2013. Vertical Farming Konsep Pertanian Masa Depan. ITB: Bandung.
Soegiarto, 2013. Solusi Tepat Pertanian Budidaya Vertikultur Organic Di Lahan Sempit. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/solusi-tepat-pertanian-budidaya-vertikultur-organic-di-lahan-sempit-7790. diakses 13 Mei 2014.
Tiara, 2013. Vertical Farming. http://astridtiarapolines.blogspot.com/2013/11/vertical-farming.html. Diakses Hari Selasa, 13 Mei 2014.